Sebagai kata, teknologi memiliki makna yang netral. Kenapa begitu? Mari bersama-sama kita pikirkan kembali. Suatu hal yang netral, tentu memiliki sifat positif begitu juga sifat negatifnya, yang membedakan tentu hanya kadarnya saja. Siapa yang menentukan kadarnya itu? Tentu saja manusia sebagai pengguna teknologi itu sendiri.
Oleh karena itu, manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang berakal-budi (berbudaya), kita harus mampu menjaga keseimbangan alam dengan jalan menjaga budayanya agar tetap selaras dengan alam. Hukum alam adalah prinsip, Stephen R. Covey dalam bukunya yang terkenal ( The 7 Habits of Highly Effective People) menyebutkan bahwa hukum alam adalah hukum universal yang tidak mungkin berubah.
Misalnya teknologi rekayasa genetik yang memungkinkan manusia melakukan penyusunan ulang gen-gen dalam suatu individu dalam waktu singkat. Namun, hal tersebut dapat berakibat fatal. Probabilitas munculnya individu baru yang dikenal dengan mutan (individu yang terbentuk karena terjadi mutasi gen) akan menjadi lebih besar. Ada alasan mengapa proses evolusi manusia berlangsung ribuan tahun. Karena sedikit saja dilakukan pengubahan pada susunan gen suatu individu akan mengakibatkan perubahan susunan gen tersebut secara keseluruhan.
Namun, dengan teknologi masa kini pula, kita dapat semakin memahami kebijaksanaan tradisional yang diwariskan generasi terdahulu pada kita semua. Contohnya, dengan pengembangan ilmu matematika dan fisika, kita dapat melakukan analisis ilmiah terhadap
konstruksi bangunan candi Borobudur yang dibangun tanpa semen.
Ukiran-ukiran geometrisnya menyimpan rahasia kearifan budaya leluhur
kita.
Harus diakui, memang sulit menyelaraskan keduanya, namun disanalah letaknya tantangan yang harus generasi muda taklukan. Wujud keselarasan dari teknologi masa kini yang dinamis dan kearifan tradisional, merupakan perpaduan dari sains dan seni yang akan menggugah masyarakat untuk mempelajari budaya.
Lagipula, sebagai orang terpelajar yang berpendidikan, sudah sepatutnya kita memiliki pikiran yang terbuka dengan perubahan, namun tidak juga melupakan nilai-nilai budaya tradisional kita. Bahkan, kita dapat menggunakan teknologi untuk mempelajari budaya kita, dan mulai MEMBUDAYAKAN diri untuk belajar budaya.
Telah banyak aplikasi open source yang dapat dengan mudah diunduh di Apps Store dengan gadget yang Anda miliki. Teknologi, bukan hanya merupakan senjata yang kuat untuk merusak, juga alat yang hebat jika digunakan untuk kebaikan. Maka, marilah kita gunakan teknologi untuk menjaga budaya kita, dan bukan menghancurkannya.
Referensi (alfabetis):
en.m.wikipedia.org/wiki/Culture
en.m.wikipedia.org/wiki/Social_construction_of_technology
en.m.wikipedia.org/wiki/Social_technology
en.m.wikipedia.org/wiki/Technology
id.m.wikipedia.org/wiki/Budaya
id.m.wikipedia.org/wiki/Budaya_Indonesia
id.m.wikipedia.org/wiki/Teknologi
id.m.wikipedia.org/wiki/Utilitas
kopisantan.wordpress.com/2012/11/18/teknobudaya
qact.wordpress.com/2012/12/13/merintis-teknobudaya-nusantara
sosiologibudaya.wordpress.com/2012/05/28/budaya-dan-teknologi-2
tacitthinker.com/2011/10/23/culture-change
wartawarga.gunadarma.ac.id/2012/05/pergeseran-budaya-dan-teknologi
No comments:
Post a Comment