Tekno Budaya

Teknologi Sebagai Budaya

Photos

TeknoBudaya: Teknologi Sebagai Budaya

Thursday, January 23, 2014
comments
Without culture, and the relative freedom it implies, society, even when perfect, is but a jungle. This is why any authentic creation is a gift to the future – Albert Camus

Budaya dapat diartikan sebagai hasil cipta, karsa, dan rasa manusia yang berguna bagi kelangsungan hidupnya. Kata buddhayah yang berasal dari bahasa Sanskerta dan memiliki arti budi atau akal, membuktikan bahwa budaya merupakan bentuk dari pemanfaatan manusia terhadap kemampuannya untuk berpikir dengan akalnya.


Adapun teknologi, menurut wikipedia.org, adalah keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang yang diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia. Read Bain, seorang sosiolog Amerika pernah mengemukakan bahwa, ‘Teknologi meliputi semua alat, mesin, aparat, perkakas, senjata, perumahan, pakaian, peranti pengangkut/ pemindah dan pengomunikasi, dan keterampilan yang memungkinkan kita menghasilkan semua itu’. Sebagai alat bantu manusia, teknologi juga wajib memiliki tiga syarat dasar, yaitu:

  1. Keselamatan
  2. Kebergunaan
  3. Utilitas

Teknologi dapat juga didefinisikan sebagai entitas, yaitu benda maupun bukan benda yang diciptakan secara terpadu melalui perbuatan dan pemikiran untuk mencapai suatu nilai.
Contoh teknologi berbentuk benda: robot, mesin pada sepeda motor, generator.




Contoh bukan benda: software (perangkat lunak), teknologi virtual, metode ilmiah.



Setiap entitas pasti mengakibatkan suatu perubahan, maka teknologi pun tak lepas dari sifat tersebut. Marilah kita pikirkan bersama, merujuk definisi dari kata ‘budaya’, maka jika teknologi merupakan salah satu hasil dari cipta, karsa, dan rasa manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang menggunakan akalnya, maka teknologi merupakan bagian dari kebudayaan itu sendiri, bukan? Mau tidak mau manusia harus menerimanya, termasuk kita semua.

Letak geografis Indonesia dan jumlah penduduknya, menjadikan Indonesia sebagai pangsa pasar yang potensial untuk pemasaran gadget high-end yang beresiko sekali membuat generasi muda menjadi konsumtif. Generasi masa kini yang hidup dengan serbuan teknologi yang semakin canggih, juga dengan adat-adat tradisionalnya harus mampu berpikir kritis dalam menggunakan teknologi. Memang benar bahwa kinerja 50 orang biasa, dapat digantikan dengan teknologi. Tetapi, teknologi tetap tidak dapat menggantikan seorang manusia yang luar biasa. 

Albert Einstein, seorang ilmuwan termasyur berpendapat bahwa komputer, yang dianggap sebagai cermin teknologi masa kini yang cepatnya tiada tanding, sangat akurat, tapi juga bodoh; dengan manusia yang lamban, tidak akurat, namun brilian. Tetapi, ketika keduanya bersama-sama dan saling mendukung satu sama lain,  akan menjadi kekuatan luar biasa yang tidak dapat dibayangkan. 

Keadaan ini menghasilkan akibat-akibat yang harus diterima oleh kita semua. Kita tidak bisa memandang teknologi sebagai suatu bagian yang terpisah dari budaya kita, namun lebih sebagai salah satu bagian dari kebudayaan kita sebagai manusia.




Referensi (alfabetis):

en.m.wikipedia.org/wiki/Culture
en.m.wikipedia.org/wiki/Social_construction_of_technology
en.m.wikipedia.org/wiki/Social_technology
en.m.wikipedia.org/wiki/Technology
id.m.wikipedia.org/wiki/Budaya
id.m.wikipedia.org/wiki/Budaya_Indonesia
id.m.wikipedia.org/wiki/Teknologi
id.m.wikipedia.org/wiki/Utilitas
kopisantan.wordpress.com/2012/11/18/teknobudaya
qact.wordpress.com/2012/12/13/merintis-teknobudaya-nusantara
sosiologibudaya.wordpress.com/2012/05/28/budaya-dan-teknologi-2
tacitthinker.com/2011/10/23/culture-change
wartawarga.gunadarma.ac.id/2012/05/pergeseran-budaya-dan-teknologi
 

Budaya dan Teknologi, Ada Apa Diantara Keduanya?

Tuesday, January 21, 2014
comments


Penulis yakin Anda pasti sering mendengar kata ‘selfie’, wajar saja karena tingkat penggunaan kata selfie meningkat 17 ribu persen pada tahun lalu, bahkan menjadi Word of The Year pada 2013 lalu menurut Penerbit Kamus Oxford. Yang lebih mengejutkan, kata selfie telah masuk dalam kamus Oxford Online sejak Agustus tahun lalu yang diartikan sebagai ‘aktivitas seseorang yang memotret dirinya sendiri, umumnya menggunakan ponsel atau webcam, kemudian mengunggahnya ke situs media sosial’, namun kata ini belum dibakukan ke dalam Oxford English Dictionary karena masih dalam pertimbangan.

Aksi selfie ini, begitu menjamurnya hingga beberapa waktu lalu dunia sempat dihebohkan dengan foto selfie yang dilakukan Presiden AS Barack Obama, PM Kerajaan Inggris David Cameron, dan PM Denmark Helle Thorning-Schmidt ketika mereka menghadiri pemakaman Nelson Mandela.


Prince William dan Madison Lambe


Madison Lambe menunjukkan headline koran yang memberitakan 'keberuntungannya'.

 
Beberapa remaja dari daerah Bobba berhasil berfoto 'selfie' dengan Paus Fransiskus ketika mereka mengunjungi Vatikan.

Bahkan dilansir dari National Geograpich Indonesia, sebuah museum di Skotlandia mengklaim menemukan foto selfie pertama di dunia.

Foto ini diambil dengan bantuan cermin pada tahun 1907 di Nairn, Skotlandia. Foto ini merupakan koleksi Komisi Monumen Kuno dan Bersejarah Kerajaan Skotlandia (RCAHMS).


Lalu, kini pertanyaannya, ada hubungan apa antara teknologi dan budaya? Contoh mengenai selfie tadi, menunjukkan apakah teknologi memengaruhi budaya atau justru budaya yang mempengaruhi teknologi? Menurut Baark dan Jamison dalam bukunya Technological Development in China, India and Japan, hubungan antara teknologi dan budaya dijelaskan dalam bagan berikut:
 



Karena ini adalah sebuah siklus, mari kita coba mulai dengan titik budaya. Dengan budaya, manusia membuat aturan-aturan (policy-making) atau nilai-nilai yang berkembang di masyarakat. Lalu dalam pelaksanaan aturan-aturan tersebut, masuk faktor teknologi imperatif  (modernisasi dalam pengembangan teknologi) yang memicu teknik baru dalam produksi barang dan memengaruhi berbagai aspek dalam kehidupan manusia. Setelah teknologi terbentuk, maka akan menimbulkan efek atau akibat pada masyarakat, yang juga memunculkan kritik budaya terhadap teknologi.

Bagaimanapun, kritik teknologi budaya mengiringi pengembangan teknologi itu sendiri. Kritik ekologis atau kritik lingkungan, merupakan sebuah kritik umum tentang dominasi teknologi terhadap alam. Kritik ini bukanlah penolakan langsung terhadap teknologi atau hanya sekedar kritik yang bersifat politis. Kritik ini melalui sudut pandang sains, menyoroti tentang efek teknologi pada lingkungan.

Salah satu contoh penggunaan teknologi dipengaruhi budaya, misalnya, di Indonesia, Malaysia, dan Brunei Darussalam pemeluk agama Islam sering menggunakan smartphone mereka untuk menolak semua panggilan selama 20 menit selama mereka melakukan salat.

Kaarena pada hakikatnya, teknologi diciptakan untuk membantu berbagai aspek kehidupan tetapi juga menawarkan cara baru yang memengaruhi nilai budaya yang telah tertanam sebelumnya. Budaya, berfungsi sebagai konteks dan panduan untuk membuat kebijakan teknologi, bukan sebagai faktor yang menentukan teknologi itu sendiri. 

Budaya juga merupakan kerangka acuan perilaku bagi masyarakat pendukungnya yang berupa nilai-nilai yang berpengaruh sebagai kerangka atau pandangan hidup yang menetap dan membuat manusia ‘memilih’ menentukan sikapnya terhadap berbagai gejala dan peristiwa kehidupan. 

Maka, sudah sewajarnya jika kita harus melestarikan budaya, kita sebagai manusia harus mampu menjaga keseimbangan antara budaya dan teknologi.


Referensi:
Baark, E., & Jamison, A. 1986. Technological Development in China, India, and Japan. New York: St. Martin's Press.

engr.sjsu.edu/pabacker/tech_culture.htm [Diakses: 28 Januari 2014]

jamalmal.blogspot.com/2011/03/hubungan-antara-budaya-dengan-teknologi.html [Diakses: 28 Januari 2014]
m.nationalgeographic.co.id/berita/2013/12/ditemukan-dua-foto-selfie-kuno-di-skotlandia [Diakses: 29 Januari 2014]
m.detik.com/news/read/2013/12/20/211443/2448310/10/ini-aksi-foto—selfie—sby-dan-pm-najib-yang-terekam-kamera [Diakses: 29 Januari 2014]

 
Sumber gambar:
m.nationalgeographic.co.id
bostonstandard.co.uk
hellofine.co.uk