Without culture, and the relative freedom it implies, society, even when perfect, is but a jungle. This is why any authentic creation is a gift to the future – Albert Camus
Budaya dapat diartikan sebagai hasil cipta, karsa, dan rasa manusia yang berguna bagi kelangsungan hidupnya. Kata buddhayah yang berasal dari bahasa Sanskerta dan memiliki arti budi atau akal, membuktikan bahwa budaya merupakan bentuk dari pemanfaatan manusia terhadap kemampuannya untuk berpikir dengan akalnya.
Adapun teknologi, menurut wikipedia.org, adalah keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang yang diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia. Read Bain, seorang sosiolog Amerika pernah mengemukakan bahwa, ‘Teknologi meliputi semua alat, mesin, aparat, perkakas, senjata, perumahan, pakaian, peranti pengangkut/ pemindah dan pengomunikasi, dan keterampilan yang memungkinkan kita menghasilkan semua itu’. Sebagai alat bantu manusia, teknologi juga wajib memiliki tiga syarat dasar, yaitu:
- Keselamatan
- Kebergunaan
- Utilitas
Teknologi dapat juga didefinisikan sebagai entitas, yaitu benda maupun bukan benda yang diciptakan secara terpadu melalui perbuatan dan pemikiran untuk mencapai suatu nilai.
Contoh teknologi berbentuk benda: robot, mesin pada sepeda motor, generator.
Contoh bukan benda: software (perangkat lunak), teknologi virtual, metode ilmiah.
Setiap entitas pasti mengakibatkan suatu perubahan, maka teknologi pun tak lepas dari sifat tersebut. Marilah kita pikirkan bersama, merujuk definisi dari kata ‘budaya’, maka jika teknologi merupakan salah satu hasil dari cipta, karsa, dan rasa manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang menggunakan akalnya, maka teknologi merupakan bagian dari kebudayaan itu sendiri, bukan? Mau tidak mau manusia harus menerimanya, termasuk kita semua.
Letak geografis Indonesia dan jumlah penduduknya, menjadikan Indonesia sebagai pangsa pasar yang potensial untuk pemasaran gadget high-end yang beresiko sekali membuat generasi muda menjadi konsumtif. Generasi masa kini yang hidup dengan serbuan teknologi yang semakin canggih, juga dengan adat-adat tradisionalnya harus mampu berpikir kritis dalam menggunakan teknologi. Memang benar bahwa kinerja 50 orang biasa, dapat digantikan dengan teknologi. Tetapi, teknologi tetap tidak dapat menggantikan seorang manusia yang luar biasa.
Albert Einstein, seorang ilmuwan termasyur berpendapat bahwa komputer, yang dianggap sebagai cermin teknologi masa kini yang cepatnya tiada tanding, sangat akurat, tapi juga bodoh; dengan manusia yang lamban, tidak akurat, namun brilian. Tetapi, ketika keduanya bersama-sama dan saling mendukung satu sama lain, akan menjadi kekuatan luar biasa yang tidak dapat dibayangkan.
Keadaan ini menghasilkan akibat-akibat yang harus diterima oleh kita semua. Kita tidak bisa memandang teknologi sebagai suatu bagian yang terpisah dari budaya kita, namun lebih sebagai salah satu bagian dari kebudayaan kita sebagai manusia.
Referensi (alfabetis):
en.m.wikipedia.org/wiki/Culture
en.m.wikipedia.org/wiki/Social_construction_of_technology
en.m.wikipedia.org/wiki/Social_technology
en.m.wikipedia.org/wiki/Technology
id.m.wikipedia.org/wiki/Budaya
id.m.wikipedia.org/wiki/Budaya_Indonesia
id.m.wikipedia.org/wiki/Teknologi
id.m.wikipedia.org/wiki/Utilitas
kopisantan.wordpress.com/2012/11/18/teknobudaya
qact.wordpress.com/2012/12/13/merintis-teknobudaya-nusantara
sosiologibudaya.wordpress.com/2012/05/28/budaya-dan-teknologi-2
tacitthinker.com/2011/10/23/culture-change
wartawarga.gunadarma.ac.id/2012/05/pergeseran-budaya-dan-teknologi